Sabtu, 22 Juni 2013

Benci Dalam Kardus

"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film “Cinta Dalam Kardus” yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013."





Terserah kalian mau percaya atau tidak. Ini ceritaku. Yah, memang ceritaku. Tentang cinta dan benci yang terngiang kembali karena beberapa benda yang ternyata masih aku simpan. Benda-benda yang aku simpan di dalam sebuah kotak kardus persegi panjang. Kalian mau tahu dari mana asal semua benda ini? Dan mengapa benda ini masih ada sampai sekarang? Mari kita mulai.
Namanya Sabrina. Dia yang menjadi pelaku tunggal atas kehadiran benda-benda ini. Dua minggu lalu kami memutuskan untuk mengakhiri jalinan cinta yang kita jalani selama hampir setahun. Selama dua minggu itu aku dan dia benar-benar lost contact. Walaupun nomor ponselnya masih bertengger cantik di kontak ponselku.
Saat itu aku berniat beberes kamar. Tak sengaja kutemukan kotak itu di salah satu sudut kamar. Kubuka dan jreng!! Momen-momen itu kembali teringat. Momen di mana satu persatu Sabrina memberikan barang-barang ini padaku. Awalnya air mataku hampir menetes, namun seketika semuanya berganti menjadi benci mengingat hubungan kami yang gagal karena sifat menyebalkannya. Karena saking bencinya, aku nekat meraih ponsel dan melayangkan sms padanya.
“Lo nggak mau ambil barang-barang pemberian lo di sini? Bikin sumpek kamarku tahu nggak.” Aku tidak memikirkan lagi sehalus atau sekasar apapun aku mengatakan itu padanya. Benciku masih berbekas. Dan untunglah, pesan itu dia balas tanpa harus kutunggu berabad-abad lamanya.
“Untung aja lo sms. Gue hampir aja buang semua barang pemberian lo juga. Oke gue mau balikin.”
Sms-an dadakan itu akhirnya membuahkan hasil. Nanti sore di taman kota, kami janjian untuk mengembalikan masing-masing kotak berisi barang pemberian kita. Namun ada syarat yang ia tawarkan. Kami tidak boleh saling bertemu, apalagi bertatap muka. Yang jelas, kardus ini aku dan dia taruh di kursi taman, dan satu persatu dari kami mengambil kardus masing-masing tanpa bertemu sama sekali. Benci kuakui, idenya memang cemerlang.
Sore itu. Sesuai perjanjian, di taman kota. Aku bersembunyi di belakang pohon sambil menerawang jauh ke kursi taman. Masih kosong. Aku pun berlari ke arah kursi itu sambil membawa kota penuh barang pembawa kebencian ini. Kutaruh di kursi taman lalu kembali bersembunyi di belakang pohon. Kulayangkan sms ke Sabrina, melaporkan aku telah menaruhnya di tempat yang sudah menjadi kesepatakan. Sabrina membalas pesanku, ia mengatakan dia segera menaruh kardus punyanya juga. Aku tidak berani berbalik ke arah kursi taman. Aku hanya bersandari di pohon seraya menunggu aba-aba smsnya.
“Udah!” Smsnya singkat. Perlahan aku berbalik dan mengintip dari sisi pohon. Tak ada lagi siapa-siapa di sana. Hanya ada satu kardus... Tunggu dulu, kardus itu tak asing. Aku pun berjalan mendekatinya. Mataku terbelalak. Ini kan kardusku lagi? Mana Sabrina? Jangan-jangan dia cuma mau mengerjaiku saja. Dia tidak datang rupanya. Sial! Aku ditipu!
Kubuka kardus milikku dan ternyata... Ada secarik kertas yang terbaring di atasnya.
“Hei, gue nggak bisa balikin barang pemberian lo. Boleh kan gue simpen semua barang-barang dari lo? Lo juga simpen aja barang-barang dari gue. Gue minta maaf kalau selama ini suka buat kamu sebel dan kecewa. Gue nggak mau lepasin barang-barang dari lo. Gue mau simpen. Biar gue nggak lupa, kalau lo pernah ada di hati gue.” Spontan air mataku menetes tanpa kuduga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar